Mandiri Pupuk Dengan Pupuk Organik

Mandiri Pupuk Dengan Pupuk Organik

Oleh : Uus Kusmana (Institut Gunung Wayang)

Membuat pupuk sendiri adalah upaya untuk menyelesaikan permasalahan pupuk seperti  hilangnya pupuk  di pasar, keterbatasan bahan baku, mahalnya biaya  oprasional tanpa ketergantungan terhadap pemerintah. Mengurangi ketergantungan terhadap pemerintah adalah hal penting karena selama ini pemerintah tidak mampu untuk mengatasi hal tersebut. 

Ketergantungan
Dari pada menyelesaikan masalah, pemerintah sering kali menjadi bagian dari masalah itu sendiri karena tidak berdaya menghadapi permainan para penimbun pupuk dan penguasaha dalam skala besar.

Selain permasalahan di atas, upaya membuat pupuk sendiri bertujuan mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia yang dalam jangka panjang akan menyebabkan penuruan unsur hara tanah. Dalam usaha pertanian, menurunnya unsur hara tanah ini menyebabkan kualitas dan kuantitas produksi pertanian akan menurun dengan drastis. 

Bagi petani tanah adalah aset yang harus selalu di jaga dan dimuliakan sepanjang hayat. Oleh karena itu upaya untuk memulikan tanah harus selalu digencarkan. Pengurangan pupuk kimia merupakan hal mendesak yang harus dilakukan segera. 

Sebagai jalan keluar atas permasalahan tersebut ada baiknya petani kita kembali membuka lembaran buku lama para leluhur kita dalam membuat  membuat pupuk alami non kimia. Resep warisan leluhur tersebut mempunyai kemampuan yang jauh lebih baik dari pada pupuk kimia yang sekarang bereda. Kemampuan pupuk warisan leluhur tersebut akan jauh lebih hebat ketika disandingkan dengan teknologi kekinian yang berkembang pesat.

Cara Ampuh
Dengan menggunakan bahan yang berda di lingkungan sekitar, kita dapat mengembangkan pupuk non kimia tersebut. Misalnya, dengan mengunakan bahan baku dari kotoran hewan seperti domba, sapi, kelinci, ayam lalu ditambah tanaman alami yang biasanya berada di pekarangan seperti kunyit, lengkuas, kencur dan mikro organisme efektif yang dibuat sendiri.

Untuk memulainya, kita bisa mencampur semua bahan kedalam tempat atau tong besar dengan kapasitas 50 liter lalu diaduk sampai merata. Setelah itu campuran tersebut didiamkan (baca : permentasi) selama 21 hari dalam wadah tertutup yang diberi sedikit lubang udara

Secara mendetail, Bahan yang di butuhkan untuk membuat pupuk organik cair sendiri adalah 20 kilogram kotoran kambing yang sudah di diamkan dalam kurun waktu tertentu. 40 Liter air kencing kelinci yang sudah di diamkan dalam kurun waktu tertentu. Setengah kilogram kunyit, lengkuas, kencur yang sudah dihaluskan. Satu liter mikroorganisme berbahan dasar dari wadah kotoran domba atau sapi. Satu liter 1 mikro organisme lokal. Satu kilogram Gula merah yang dicairkan dengan dua liter air. Semua bahan dicampur dan diaduk secara merata lalu di didiamkan  selama 21 hari dalam wadah tertutup dengan sedikit lubang angin.

Untuk memastikan bahwa pupuk cair yang kita buat itu berhasil atau tidak caranya cukup mudah, yaitu dengan dengan menggunakan teknik uji Elektrolit atau disebut sebagai penghantar listrik.
Langkahnya, pertama dengan cara membuat alat uji sederhana. Untuk membuatnya dibutuhkan  kabel listrik sepanjang satu meter, colokan satu buah, Piting Lampu satu buah, Lampu bohlam 100 watt satu buah, paku lima inci dua buah. Fungsi paku di sini adalah sebagai penghantar listrik. Jika kandungan elektroliknya cukup maka paku yang dialirkan ke kabel akan mampu mengalirkan listri ke ujung kabel lain yang sudah dipasangi oleh lampu bohlam.

Cara membuat pupuk non kimia dan pengujian kandungan elektrolisis yang dijelaskan diatas merupakan cara yang sudah terbukti ampuh untuk dijalankan. Cara tersebut merupakan cara yang sudah kami coba ujikan dalam beberapa kali percobaan di laboratorium pupuk organik yang kami miliki dengan nama Laboratorium Kerakyatan Insitutu Gunung Wayang yang berada di Desa Tarumajaya Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung.

Dari hasil kajian dan praktik yang kami lakukan selama ini, ada banyak manfaat yang didapatkan secara langsung. Pertama, kita mampu mengurangi pengeluran biaya produksi dalam pertanian.

Kedua, di dalam pupuk organik ini ini terkandung unsur hara makro dan mikro yang di butuhkan oleh tanaman untuk mempercepat pertumbuhan daun, buah dan akar dengan cepat. Ketiga, memperbaiki kondisi kesehatan fisik tanah karena penggunaan bahan alamiah sama sekali tidak menurunakn kadar kesuburan tanah malah sebaliknya.

Namun harus disadari bahwa usaha mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia dengan membuat pupuk organik sendiri bukanlah perkara gampang namun juga bukan perkara sulit. Jika kita mau telaten dan rajin dalam menempuh semua prosesnya maka semua proses itu lama kelamaan akan terasa lebih mudah. 

Dalam jangka panjang tentu penggunaan pupuk organik ini akan mampu membawa kita lebih mandiri dalam bertani. Ketika para petani sudah mandiri dalam hal pupuk maka kesejahteraan petani sudah betul-betul berada di depan mata. Anda tertarik mengembangkan pertanian dengan pupuk organik?
Desain Tapak IGW - ITB

Desain Tapak IGW - ITB

Mufti Fauzy salah seorang santri pondok pesantren al-Fatah Desa Cikembang mengaku sangat bersemangat mengikuti latihan membuat desain tapak di Institut Gunung Wayang (IGW), selain karena ini adalah pengalaman baru sekaligus telah membukakan kesadarannya bahwa ketidaktahuan pada potensi wilayah sendiri ini karena kurangnya ruang dan waktu untuk menempa kemampuan pada penggalian potensi SDMnya. 

Roby Purnawan yang menjadi pelatih dalam akun facebooknya menulis; So glad to know and see our activities to involve community in planning process for this past weeks were being filmed and are going to be processed for documentary film. We had been working on making village participatory site plan. The community were involved to decide what they want to build, where they are going to build, and how they are going to build it. They also got new knowledges, skills and experiences in making site plan. After all of these, the community is more than ready to build their village and feel empowered as persons

Harapan besar dari seorang mahasiswa ITB -perguruan tinggi bergengsi kota Bandung- untuk memberdayakan masyarakat bawah. Harapan ini kiranya bukan harapan sepihak namun merupakan harapan yang sangat sinergis dengan cita-cita kaum yang selalu dikatakan sebagai WONG NDESSOOO. 

SDM yang konsisten dibangun di wilayah perdesaan seperti ini adalah implementasi yang sangat nyata untuk membangun harkat dan derajat bangsa. Semoga berkah Ramadhan ini semakin memperkaya kesadaran akan pentingnya pembangunan SDM kendati dengan ruang dan waktu yang sangat sederhana.